ANAK SAYA BELUM BISA BICARA.. APAKAH ANAK SAYA ITU AUTIS ?
Terlambat bicara pada anak seringkali menimbulkan kecemasan pada orangtua. Tak jarang, orang tua ketakutan apabila anaknya belum bicara berarti anaknya autis. Padahal, seorang anak yang terlambat bicara belum tentu selalu autis. Terlambat bicara termasuk dalam salah satu gangguan perkembangan anak, khususnya di bagian berkomunikasi dan berbahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dialami oleh sekitar 5-8% anak usia prasekolah. Gangguan spektrum autisme atau dikenal sebagai autisme, berbeda dengan keterlambatan bicara (speech delay). Autisme meliputi banyak aspek lainnya selain kemampuan bicara, misalnya kemampuan persepsi, sensori, kognitif, bersosialisasi, perilaku dan masalah biomedis. Keterlambatan bicara dan autis sebaiknya dikenali orangtua sedini mungkin agar dapat dilakukan intervensi yang tepat untuk memaksimalkan kemampuan bicara anak.
Ada banyak penyebab seorang anak mengalami keterlambatan bicara. Seperti gangguan pendengaran, gangguan otak (misalnya seperti retardasi mental, palsi serebral / cerebral palsy). Autisme atau gangguan pada mulut yang menyebabkan anak kesulitan menglafalkan kata-kata (gangguan artikulasi). Untuk mengetahui diagnosis pasti penyebab keterlambatan bicara diperlukan pemeriksaan yang teliti oleh dokter ahli. Atau bisa juga oleh terapis wicara (speech pathologist) yang berpengalaman. Untuk lebih lengkapnya, bisa dibaca di artikel mengenai keterlambatan bicara.
Sumber: sciencenordic.com
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang mempergaruhi persepsi dan kognitif anak tersebut dalam menanggapi lingkungan disekitarnya. Termasuk juga dalam kemampuannya berinteraksi dengan orang lain. Orang-orang autistik melihat, mendengar dan merespon dunia dengan cara yang berbeda dengan orang-orang lainnya. Karakteristik atau ciri-ciri orang autistik berbeda-beda antar individu dikarenakan oleh berbagai macam penyebab epigenetik dan biomedis yang berbeda-beda pula di dalam tubuh mereka. Dari banyak penelitian yang telah dilakukan para ahli di bidang autisme selama berpuluh-puluh tahun di seluruh dunia, diambil kesimpulan umum bahwa rata-rata orang autistik memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara terus menerus. Mereka juga memiliki minat atau ketertarikan yang sangat terbatas terhadap suatu hal atau aktivitas tertentu, mempunyai perilaku aneh yang diulang-ulang, yang ditunjukkan mulai sejak masa balita, biasanya antara 0-3 tahun, dan kadang tetap dipertahankan hingga menginjak usia dewasa.
Anak autis umumnya kesulitan dalam memahami maksud bahasa lisan (verbal) dan bahasa tubuh (nonverbal) yang disampaikan orang lain. Mereka tidak selalu mengalami kesulitan berbicara, bahkan beberapa dari mereka memiliki kosakata atau pembendaharaan kata-kata yang sangat luas dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Namun ketika berinteraksi dengan orang lain, anak-anak ini kesulitan memahami maksud dari pembicaraan dengan orang lain, atau memahami ekspresi wajah, gurauan, intonasi, dan nada bicara lawan bicaranya, atau memahami maksud bahasa peribahasa atau gaya sarkasme. Ada juga beberapa anak autis yang memang kesulitan berkata-kata, hanya mengeluarkan suara-suara bergumam atau mengerang, atau cenderung hanya mengulang-ulang kata-kata tertentu saja, sehingga tidak bisa berkomunikasi dua arah dengan orang lain. Anak autis sulit memahami emosi orang lain. Dalam situasi interaksi sosial, mereka sering kali tampak tidak peka dengan lingkungannya, tidak mau bermain atau berbaur dengan anak-anak sebayanya, dan lebih senang menyendiri.
Dalam hal sensorik (kemampuan penginderaan), anak autis seringkali menjadi sangat sensitif atau malah sebaliknya kurang sensitif terhadap aneka suara, bau-bauan, tekstur, cahaya dan rasa nyeri. Bagi mereka, suatu bunyi atau suara yang dianggap pelan atau biasa saja oleh orang lain, bisa menjadi sangat berisik dan mengganggu mereka, sehingga seringkali berujung pada ledakan emosi (temper tantrum atau emotional meltdown). Mereka bisa saja tiba-tiba menangis, marah, kemudian memukuli diri mereka dan orang tuanya tanpa sebab ketika berada di suatu tempat yang mengganggu sensori mereka. Mereka juga sering menyakiti diri mereka sendiri ketika marah, misalnya memukul-mukul kepala, menggigit tangan mereka sendiri, atau membenturkan badan mereka karena kurang peka terhadap rasa nyeri.
Perkembangan anak adalah hal yang kompleks dan tidak sama antara satu anak dengan yang lainnya maka sebaiknya setiap anak memerlukan pemeriksaan atau screening tumbuh kembang secara teratur. Dari penelitian, orang tua anak autistik sering melaporkan bahwa anak-anak mereka memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal sampai di usia tertentu, namun tiba-tiba mengalami kemunduran. Untuk itulah, pemeriksaan tumbuh kembang anak harus dilakukan secara berkala dan teratur. Orang tua dan pengasuh ini dapat melakukan pemeriksaan sendiri secara sederhana di rumah, misalnya dengan mengenali pencapaian apa saja yang seharusnya sudah bisa dicapai anak. Dapatkan e-book gratis untuk mengetahui apakah anak anda autis dengan berlangganan pada newsletter kami.
Pemeriksaan tumbuh kembang anak yang lebih lengkap dapat dilakukan pada saat anak mendapatkan imunisasi di dokter, atau melalui kegiatan posyandu rutin bulanan. Orang tua dan lingkungan terdekat memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan bicara dan bahasa seorang anak secara umum, jika orangtua atau pengasuh mulai mendapati kemunduran pada perkembangan anak, sebaiknya anak segera dibawa untuk diperiksa lebih lanjut secara lebih teliti dan mendapatkan bentuk intervensi yang tepat. Semoga hal ini dapat membantu.
Untuk konsultasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi 021-88982888, atau 083899393345.
Oleh. Dr. Mariska K. Senjaya